Aliran
Progressivisme ini adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berkembang
dengan pesat pada permulaan abad ke XX dan sangat berpengaruh dalam pembaharuan
pendidikan yang didorong oleh terutama aliran naturalisme dan experimentalisme,
instrumentalisme, evironmentalisme dan pragmatisme sehingga penyebutan nama
progressivisme sering disebut salah satu dari nama-nama aliran tadi.
Progressivisme dalam pandangannya selalu berhubungan dengan pengertian
"the liberal road to cultural" yakni liberal dimaksudkan sebagai
fleksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap terbuka, serta ingin
mengetahuidan menyelidiki demi pengembangan pengalaman. Progressivisme disebut
sebagai naturalisme yang mempunyai pandangan bahwa kenyataan yang sebenarnya
adalah alam semesta ini (bukan kenyataan spiritual dari supernatural).
Naturalisme
dapat menjadi materialisme karena memandang jiwa manusia dapat menurun
kedudukannya menjadi dan mempunyai hakikat seperti unsur-unsur materi. Dan
progressivisme identik dengan experimentalisme berarti aliran ini menyadari dan
memperaktekkan bahwa experiment (percobaan ilmiah) adalah alat utama untuk
menguji kebenaran suatu teori dan suatu ilmu pengetahuan. Disebut juga dengan
instrumentalisme karena aliran ini menganggap bahwa potensi intelegensi manusia
(merupakan alat, instrument) sebagai kekuatan utama untuk menghadapi dan
memecahkan problem kehidupan manusia. Dengan sebutan lain yakni environtalisme,
karena aliran ini menganggap lingkungan hidup sebagai medan tempat untuk
berjuang menghadapi tantangan dalam hidup baik lingkungan fislk maupun
lingkungan sosial. Manusia diuji sejauh mana berinteraksi dengan lingkungan,
menghadapi realita dan perubahan. Sedangkan disebut sebajai aliran pragmatisme
dan dianggap aliran ini pelaksana terbesar dari progressivisme dan merupakan
petunjuk bahwa pelaksanaan pendidikan lebih maju dari sebelumnya. Dari
pemikiran yang demikian ini maka tidaklah heran kalau pendidikan progressivisme
selalu menekankan akan tumbuh dan berkembangnya pemikiran dan sikap
mental, baik dalam pemecahan masalah maupun kepercayaan kepada diri sendiri
bagi peserta didik. Progres atau kemajuan menimbulkan perubahan dan perubahan
menghasilkan pembaharuan. Juga kemajuan adalah di dalamnya mengandung nilai
dapat mendorong untuk mencapai tujuan. Kemajuan nampak kalau tujuan telah
tercapai. Dan nilai dari suatu tujuan tertentu itu dapat menjadi alat jika
ingin dipakai untuk mencapai tujuan lain lagi.
Progressivisme
mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia
itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi masalah yang
menekan atau mengecam adanya manusia itu sendiri. Aliran Progressivisme
mengakui dan berusaha mengembangakan asas Progressivisme dalam semua realitas,
terutama dalam kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan hidup
manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya.
Berhubungan dengan itu progressivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang
bercorak otoriter, baik yang timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman
sekarang.
Ontologi
progresivisme mengandung pengertian dan kualitas evolusionistis yang kuat.
Pengalaman diartikan sebagai ciri dinamika hidup, dan hidup adalah perjuangan,
tindakan dan perbuatan. Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu
mengatasi perjuangan, perubahan dan berani bertindak.
Dalam
epistemologi, rasional berarti suatu pandangan bahwa akal adalah instrument
utama bagi manusia untuk memperoleh pengetahuan. Empirik adalah sifat pandangan
bahwa persepsi indera adalah media yang memberikan jalan bagi manusia untuk
memahami lingkungan. Fakata yang masih murni saja – yang belum diolah atau
disusun – belum merupakan pengetahuan. Sehingga masih membutuhkan
pengorganisasian tertentu dari “bahan-bahan mentah” tersebut.
Nilai tidak
timbul dengan sendirinya, melainkan ada faktor-faktor yang merupakan pra
syarat. Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, sehingga memungkinkan
adanya relevansi seperti yang ada dalam masyarakat pergaulan. Oleh karena
adanya faktor-faktor yang menentukan adanya nilai, maka makna nilai itu
tidaklah bersifat eksklusif. Ini berarti berbagai jenis nilai seperti benar
atau salah, baik atau buruk dapat dikatakan ada bila menunjukkan adanya
kecocokan dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam pergaulan.
Sadullah, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan.
Bandung: ALFABETA, 2007.
Indar, Djumberansyah. Filsafat Pedidikan. Surabaya:
Karya Abditama, 1994.
Jalaluddin, dkk. Filsafat Pedidikan Manusia.
: Media Pratama.
Barnadib, Imam. Filsafat Pedidikan Sistem dan Metode.
Yogyakarta: Andi Offset, 1990.
Noor Syam, Muhammad. Filsafat Pendidikan dan Dasar
Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional, 1988.
Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:
Bumi Angkasa, 1995.
Bakry, Hasbullah, Sitematik Filsafat (Widjaya,
Yogyakarta, 1970).
Idris, H. Sahara dan Jamal, H Lisman, Pengantar
Pendidikan (Grasindo, 1992)
Sumitro, Dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan, IKIP Yogyakarta
Murtiningsih, Siti, Pendidikan Alat Perlawanan, Resist Book, 2004
Sadullah, Uyah. Drs, Pengantar Filsafat Pendidikan (Alfabet, Yogyakarta 2004)
Sumitro, Dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan, IKIP Yogyakarta
Murtiningsih, Siti, Pendidikan Alat Perlawanan, Resist Book, 2004
Sadullah, Uyah. Drs, Pengantar Filsafat Pendidikan (Alfabet, Yogyakarta 2004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar